• video
  • Tak Semua Tokoh Kerukunan Agama Bicara

    Seminar Nasional bertajuk “Kerukunan Umat Beragama: Kesepahaman Tokoh Agama dalam Menjaga dan Membina Kerukunan Umat Beragama di Indonesia”, diselenggarakan Fakultas Ushuluddin di Aula Multipurpose UIN Bandung, Rabu (25/02). Narasumber merupakan para tokoh dari setiap delegasi agama yang umum diakui di Indonesia. Namun tak semua tokoh kerukunan agama menjadi narasumber dalam seminar tersebut, diantaranya agama Budha dan Konghucu.

    Ketua Prodi Perbandingan Agama Fakultas Ushuludin Deni Miharja selaku Koordinator acara mengatakan, semua perwakilan tokoh kerukunan agama diundang namun tidak semua menjadi narasumber.

    “Wakil dari peserta seminar ini kami undang, Khatolik, Kristen, ORMAS Islam, kemudian Hindu, Budha dan Konghucu, karena sebagai peserta aktif kita undang mereka semua tapi untuk pembicara kita itu Islam, Khatolik dan Hindu,” ujar Deni.

    Islam sendiri diwakili oleh KH. Muhjadi dari NU, lalu ada Dawan Rahardjo yang memang seorang penggiatan dari kerukunan beragama serta Guru Besar dari Fakultas Ushuludin sendiri yaitu Prof. Apip Muhammad. Kemudian dari Khatolik diwakili oleh Prof. Dr. Frans Suseno dan dari Hindu yaitu I Ketut Dorder. Termasuk perwakilan dari Kementrian Agama yaitu Prof. Abdurahman Mas’ud.

    Hadir pula dari Kementerian Agama pusat, KANWIL Provinsi Jawa Barat, Kontor Agama Kota dan Kabupaten Bandung, tokoh ORMAS Islam, ORMAS Lintas Agama, Persatuan Gereja-Gereja, Walubi, Hindu Drama, Pengiat Kerukunan ada Forum Lintas Agama Deklarasi Sancang, Jaka Tarub, mahasiswa Lintas Iman, kemudian hadir pula di Advent Parompong kemudian Baruk Ministri dari Jakarta.

    Selain itu Deni mengatakan masalah waktu yang menjadi faktor mengapa tidak menjadikan semua sebagai narasumber. Tapi ia mengatakan hal tersebut tidak menghilangkan peran dari masing-masing agama .

    “Kenapa kita tidak menjadikan semua tokoh agama menjadi narasumber, karena waktu yang tidak memungkinkan, waktu nya sangat terbatas, kalo kita semua diakomodir disuruh berbicara maka waktu nya tidak cukup, jadi kita bukan menghilangkan peran dari agama yang tidak diundang, nah itu untuk masalah pembicaranya,” sambung Deni.

    Deni pun kembali menekankan bahwa tema seminar tersebut adalah dialog kerukunan umat beragama bukan tentang mengedepankan antar umat beragama.

    “Memang tema kita ini adalah dialog kerukunan umat beragama yah­, jadi bukan kita mengedepan antar umat beragama jadi antar umat beragama itu internal islam dan islam dengan lintas agama yang lain.” tambah nya.

    Walaupun tidak semua perwakilan menjadi pembicara dalam seminar tersebut, peserta tetap mengikuti jalannya acara sampai akhir. Seperti Siti Azizah Nurlatifah mahasiswi jurusan Manajemen Dakwah semester enam yang mengatakan bahwa acara tersebut bagus karena terlihat dari antusias peserta seminar yang banyak.

    “Tema nya bagus, terus liat peserta nya juga kan banyak jadi pasti acara ini berkualitas jadi saya tertarik ikut acara ini.” ujar perempuan tersebut.
    Previous
    Next Post »